20100122

Dosa LEBIH besar dr ZINA

Terasa amat terpanggil utk berkongsi cerita yg sgt memberi kesan dlm kehidupan sy diketika ini. Sirah Nabawi itu punyai banyak pengajaran dan panduan fiqh manusia sejagat. Allah itu Maha Adil lagi Maha Penyayang...Dia Maha Mengetahui akan tiap2 hati hambaNya. Dia jualah yg berkehendakan manusia itu berbuat baik mahupun sebaliknya. Dengan izinNya jua, segala yg berlaku di Bumi ini, berlaku. Itu hakikat Tasawuf...merasakan Allah di dalam hati dan dizahirkan dengan akhlak, bukan sekadar mengucapkan zikrullah.

Kita selalu merasakan 'jijik' pada mereka yg berzina samada melahirkan anak zina @ tidak...golongan2 ini pastinya akan dikecam, dicaci, dihina, dipandang serong dan masa depan mereka juga turut terjejas. Dosa yg mereka perbuat, adalah urusan mereka dgn Tuhannya. Allah jualah yg berhak mengampunkan atau sebaliknya, jawapannya di hari perhitungan kelak. Kita sebagai manusia biasa, tidak layak menghukum apatah lagi meminggirkan, malah menidakkan kehadiran mereka.

Tahukah kita, ada lagi dosa yg lebih besar berbanding zina?

~ Petikan sirah Nabi Musa AS:

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah mengoyak hidupnya. Dia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.
Diketuknya pintu perlahan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya". "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa a.s. terkejut. "Saya takut mengatakannya," jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itu pun terpatah bercerita, "Saya..telah berzina". Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "dari perzinaan itu saya pun... lantas hamil. Setelah anak itu lahir, saya...cekik lehernya sampai...maut," ucap wanita itu seraya menangis semahu-mahunya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia mengherdik, "perempuan bejad, nyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!" teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus ke mana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya,"Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?". Nabi Musa terperanjat, "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?". Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril, "betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?". "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang yang meninggalkan solat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusyuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Bererti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.
(Dirujuk daripada buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy)

Dalam hadis Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan solat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa, orang yang meninggalkan solat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqada'nya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di Akhirat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Wallahu'alam...


Lihatlah disekeliling anda...bersyukurlah dgn apa sahaja yg anda depani. Setidak-tidaknya, anda masih punya iman dan hati yg mendorong rasa berdosa dan bersalah...lantas, segeralah memohon keampunanNya. Jangan pernah bertangguh, kerana kita tidak pernah tahu bagaimana dan bila serta di mana, nyawa ini dicabut Malaikat Maut. Sedangkan Rasulullah SAW, Kekasih Allah, menitiskan airmata dek sakitnya sakaratul maut, apatah kita ummat Baginda yg lemah lagi hina. Sekurang2nya, ucapkanlah...ASTAGHFIRULLAH AL-'AZIIM.

Expect the Unexpected!

2 comments: